KERAJINAN
Kekayaan alam dan budaya Indonesia
merupakan modal munculnya keberagaman produk kerajinan Indonesia.Kerajinan
Indonesia yang unik dan memiliki ciri khas daerah setempat menjadi acuan yang
dapat menjadi penyemangat dalam mengolah kerajinan dari bahan limbah organik
ini. Sejak dahulu rakyat Indonesia telah menggunakan produk kerajinan sebagai
alat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dan ritual. Kini kerajinan berfungsi
juga sebagai hiasan baik interior maupun ekterior. Berdasarkan pengetahuan terhadap
limbah dan juga pengamatan kebutuhan masyarakat maka kerajinan dari bahan dasar
limbah dapat dibuat dengan berbagai bentuk dan fungsinya.
A. Bahan dan Proses Limbah Organik
Setiap makhluk hidup di bumi dalam
proses kehidupannya merupakan kontributor terbesar dari sampah atau limbah. Sampah
adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil aktivitas manusia
sehari-hari maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah
merupakan limbah padat, dengan sampah yang berserakan, tidak teratur di suatu
tempat dapat membuat pemandangan menjadi tidak indah, menghasilkan bau tidak
sedap dan tentunya dampaknya akan merusak lingkungan. Sampah padat hanya dapat
diolah dengan cara dibuang lalu dibakar atau ditimbun dalam tanah sebagai bahan
urukan permukaan tanah, untuk sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
Limbah sendiri dari tempat asalnya bisa
beraneka ragam, ada limbah dari rumah tangga, limbah dari pabrik-pabrik besar
dan ada juga limbah dari suatu kegiatan tertentu. Pada kehidupan masyarakat
yang semakin maju dan modern, peningkatan akan jumlah limbah semakin meningkat.
Jika kita telusuri bahwa dahulunya manusia hanya menggunakan jeruk nipis untuk
mencuci piring, namun sekarang manusia sudah menggunakan sabun yang mengandung
zat kimia seperti deterjen (sodyum Lauryl Sulfate dan surfactant) sebagai
pengganti jeruk nipis sehingga peningkatan akan limbah tak bisa di elakkan
lagi.
Limbah dapat dikelompokkan dalam 3
bagian, yaitu :
1.
Berdasarkan
wujudnya limbah terdiri dari;
a.
Limbah
gas, merupakan jenis limbah yang berbentuk gas, contoh limbah dalam bentuk gas
antara lain: Karbon Dioksida (CO2), Karbon Monoksida (CO), HCL, NO2, SO2. dan
lain-lain.
b.
Limbah
cair, adalah jenis limbah yang memiliki fisik berupa zat cair misalnya: air cucian,
air hujan, rembesan AC, air sabun, minyak goreng buangan, dan lain-lain.
c.
Limbah
padat, merupakan jenis limbah yang berupa padat, contohnya; kotak kemasan,
bungkus jajanan, plastik, botol, kertas, kardus, ban bekas, dan lain-lain.
2.
Berdasarkan
sumbernya limbah bisa berasal dari:
a.
Limbah
pertanian, limbah yang ditimbulkan karena kegiatan pertanian
b.
Limbah
industri, limbah yang dihasilkan oleh pembuangan kegiatan industri
c.
Limbah
pertambangan, limbah yang asalnya dari kegiatan pertambangan
d.
Limbah
domestik, limbah yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan
pemukiman-pemukiman penduduk yang lain.
3.
Berdasarkan
senyawanya limbah dibagi menjadi dua jenis;
a.
Limbah
organik, merupakan limbah yang bisa denganmudah diuraikan atau mudah membusuk,
limbah organik mengandung unsur karbon. Limbah organik dapat ditemui dalam
kehidupan sehari-hari, contohnya kulit buah dan sayur, kotoran manusia dan
hewan.
b.
Limbah
anorganik, adalah jenis limbah yang sangat sulit atau bahkan tidak bisa untuk
di uraikan atau tidak bisa membusuk, limbah anorganik tidak mengandung unsur
karbon, contoh limbah anorganik adalah plastik, beling, dan baja.
1.
Limbah organik basah
Sampah yang mempunyai kandungan air
cukup tinggi. Contohnya; kulit buah dan kulit sayuran atau daun-daunan. Limbah organik basah yang dapat
dijadikan karya kerajinan adalah; kulit jagung, kulit bawang, kulit buah/biji-bijian,
jerami dan sebagainya.Pengolahan limbah organik basah dapat dilakukan dengan
cara pengeringan menggunakan sinar mataharilangsung hingga kadar air dalam
bahan limbah organik habis. Bahan yang sudah kering merupakan bahan baku yang
nantinya dapat dibuat berbagai macam produk kerajinan. Proses bahan baku
menjadi bahan yang siap pakai ditentukan oleh pengrajin, apakah akan dicelup warna
atau diberi pengawet agar kuat dan tahan lama, semua dipengaruhi oleh tujuan si
pembuat.
2.
Limbah organik kering
Sampah yang mempunyai kandungan air
cukup rendah. Contohnya; kertas/kardus, kerang, tempurung kelapa, sisik ikan,
kayu, kulit telur, serbuk gergaji, dan sebagainya. Hampir semua limbah organik
kering dapat diolah kembali sebagai karya kerajinan, karena sifatnya yang kuat
dan tahan lama. Pengolahan limbah organik kering tidak perlu banyak persiapan,
karena sifatnya yang kering jenis limbah ini dapat langsung digunakan. Namun
yang perlu diantisipasi adalah jika bahan limbah organik kering ini terkena
air, maka yang dapat dilakukan adalah dengan cara pengeringan menggunakan sinar
matahari langsung atau alat pengering lain hingga kadar air dalam bahan limbah
organik kembali seperti kondisi semula. Bahan limbah organik kering merupakan
bahan baku yang nantinya dapat dibuat berbagai macam produk kerajinan. Sama
halnya dengan bahan organik basah, proses bahan baku menjadi bahan yangsiap
pakai ditentukan oleh pengrajin, apakah akan dicelup warna atau diberi pelapis
agar kuat dan tahan lama, dan semuanya juga dipengaruhi oleh tujuan pembuat
karya.
B. Prinsip Pengolahan Limbah Organik
Pengolahan limbah organik memerlukan
pengetahuan yang memadai, agar dalam pemanfaatannya tidak menghasilkan limbah
baru yang justru semakin menambah permasalahan dalam kehidupan. Paling tidak
limbah hasil daur ulang ini dapat dikelola dengan efisien dan efektif agar
sampah yang dihasilkan dari proses pemanfaatan ini dapat diminimalisir. Berikut
ini adalah prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah.
Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama 3R, yaitu:
a.
Mengurangi
(Reduce)
Meminimalisir barang atau material yang
kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak
sampah yang dihasilkan.
b.
Menggunakan
kembali (Reuse)
Pilihlah barang-barang yang bisa
dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai, lalu buang.
c.
Mendaur
ulang (Recycle)
Barang-barang yang sudah tidak berguna
didaur ulang lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah
banyak industri kecil dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah
menjadi barang lain contohnya kerajinan.
Penggunaan bahan limbah untuk didesain
menjadi sebuah produk kerajinan tidak semudah perkiraan orang. Kita perlu
mengetahui dan memahami prinsip dasar yang membangun kesadaran bahwa mendesain
bahan limbah adalah merupakan proses menata ulang kebermanfaatan dari sebuah
produk yang telah hilang nilai gunanya. Seharusnya sebuah desain bersifat
berkelanjutan (sustainable design), tidak hanya cukup secara ekonomi saja,
tetapi harus mengintegrasikan isu-isu lingkungan, sosial, dan budaya ke dalam
produk. Hal ini disebabkan agar desain lebih dapat bertanggung jawab dalam
menjawab tantangan global. Begitu juga seorang desainer produk harus memahami pentingnya
pemahaman ini. Penjelasan hal di atas dikemukaan oleh Victor Papanek dalam
bukunya yang berjudul ‘Design
for the Real World’ bahwa
ada 6 tata kelola desain berkelanjutan (sustainable
design) yang tidak berdiri sendiri namun mempunyai elemen-elemen
lain yang merajutnya, yaitu :
a.
Metode
(method)
Konsep method diulas
dalam 2 pandangan yaitu, episteme dan techne. Episteme adalah
pengetahuan yang melibatkan daya serap, imajinasi, dan abstraksi. Sedangkan techne adalah keteknikan atau keterampilan bertukang. Desain sangat
dipengaruhi oleh penguasaan alat, pemahaman terhadap material, dan bagaimana keduanya
berinteraksi menjalin kepekaan melalui daya serap, imajinasi dan abstraksi agar
dapat terjalin dari proses pembuatan hingga melahirkan produk yang artistik.
Hal ini dapat dihasilkan melalui kegiatan yang rutin dan intensif.
b.
Asosiasi
(association)
Kemampuan menghubungkan antara gagasan dengan
kemampuan panca-indra dengan menggunakan gambar, bagan, tulisan, dan
sebagainya.
c.
Estetika
(aesthetics)
Dalam mendesain perlu memahami
estetika/ilmu keindahan yang diwujudkan dalam unsur desain; garis, warna,
bentuk, volume, dan tekstur, serta prinsip desain; kesatuan, keseimbangan,
point of interest, irama, proporsi dan komposisi. Desain harus dapat memadukan
kesemuanya dalam penciptaan karya.
d.
Kebutuhan
(need)
Karya desain merupakan jawaban dari
sebuah kebutuhan. Merumuskan kebutuhan bukanlah sesuatu yang mudah. Desainer
harus memiliki kepekaan yang tajam untuk memilah apa yang menjadi kebutuhan konsumen
dan kemungkinannya untuk menjadi tren di masanya.
e.
Telesis
(telesis)
Pemahaman fungsi yang mengubah desain dari
sesuatu yang sifatnya personal menjadi lebih komunal. Telesis adalah fungsi
desain yang berusaha mewadahi dimensi sosial dan budaya pada tempat desain
tersebut dibutuhkan dan digunakan.
f.
Kegunaan
(use)
Merupakan fungsi praktis dari sebuah
desain. Dalam mewujudkan fungsi ‘guna’ yang baik tentunya seorang desainer
harus mempertimbangkan siapa yang akan menggunakannya (user) dan obyek dari kegunaan
desain tersebut. Maka perlu pemahaman tentang ergonomi yaitu ilmu tentang
hubungan antara manusia, mesin yang digunakan dan lingkungan kerjanya.
C. Produk Kerajinan dari Bahan Limbah Organik
Produk kerajinan dari bahan limbah
organik yang dimaksud adalah limbah organik basah dan kering. Limbah organik
cukup banyak di lingkungan kita. Banyak orang yang sudah memanfaatkan limbah
organik ini sebagai produk kerajinan. Teknik pembuatannya pun bervariasi. Temuantemuan
desain produk kerajinan dari limbah organik selalu bertambah dari waktu ke
waktu. Ini dikarenakan semakin banyak orang yang perhatian terhadap pemanfaatan
limbah organik sebagai produk kerajinan.Pembuatan produk kerajinan di setiap
wilayah tentunya berbeda dengan wilayah lainnya. Dari daerah manakah kamu
berasal? Masing-masing daerah memiliki ciri khas kerajinan yang menjadi
unggulan daerahnya. Hal ini tentu dikarenakan sumber daya limbah organik dari
masing-masing daerah berbeda. Di bawah ini merupakan penggolongan hasil limbah
organik dilihat dari kondisi wilayahnya, yaitu :
a.
Daerah
pesisir pantai/laut
Limbah organik yang banyak tersedia
adalah cangkang kerang laut, sisik ikan, tulang ikan, tempurung kelapa, sabut
kelapa, dan lainnya.
b.
Daerah
pegunungan
Limbah organik yang banyak dihasilkan
di daerah ini adalah kulit buah-buahan yang bertekstur keras seperti salak,
durian; kulit pete cina dan lainnya.
c.
Daerah
pertanian
Limbah organik yang didapat pada daerah
ini adalah jerami padi, kulit jagung, batang daun singkong, kulit bawang, dan
lainnya.
d.
Daerah
perkotaan
Limbah yang dihasilkan di daerah
perkotaan biasanya kertas, kardus, kulit kacang, kulit telur, kayu, serbuk gergaji,
serutan kayu, dan lainnya.
Proses pengolahan masing-masing bahan
limbah organik secara umum sama. Pengolahan dapat dilakukan secara manual
maupun menggunakan mesin. Prosesnya yaitu:
a.
Pemilahan
bahan limbah organik
Sebelum didaur ulang bahan limbah
organik harus diseleksi terlebih dahulu untuk menentukan bahan mana yang masih dapat
dipergunakan dan mana yang sudah seharusnya dibuang. Pemilahan bahan dapat dilakukan
secara manual dan disesuaikan dengantujuan penggunaan bahan yang telah
dirancang.
b.
Pembersihan
limbah organik
Limbah organik yang sudah terseleksi
harusdibersihkan dahulu dari sisa sisa bahan yang telah dimanfaatkan
sebelumnya. Misalnya saja kulit jagung, maka kulit jagung harus dipisahkan dari
tongkoldan rambutnya. Lalu apakah tongkol dan rambutnya juga akan didaur ulang
atau tidak itu tergantung dari perancangan produk.
c.
Pengeringan
Bahan limbah organik yang sifatnya
basah harusdiolah dengan cara dikeringkan di bawah sinar matahari langsung,
agar kadar air dapat hilang dan bahan limbah dapat diolah dengan sempurna.
d.
Pewarnaan
Pewarnaan pada bahan limbah organik
yang sudah kering merupakan selera. Jika dalam desain diperlukan bahan limbah
yang diberi warna maka bahan limbah perlu diwarnai terlebih dahulu sebelum
diproses sebagai produk kerajinan. Proses pewarnaan yang umum dilakukan pada
bahan limbah organik basah adalah dengan cara dicelup atau direbus bersama zat
warna tekstil agar menyerap. Sedangkan bahan limbah organik kering dapat
diwarnai dengan cara divernis/dipolitur, dapat pula dicat menggunakan cat
akrilik atau cat minyak.
e.
Pengeringan
setelah pewarnaan
Setelah diberi warna, bahan limbah
organik harus dikeringkan kembali dengan sinar matahari langsung agar warna
pada bahan baku dapat kering sempurna tidak mudah luntur.
f.
Finishing
sebagai proses akhir agar siap pakai
Bahan limbah organik yang sudah kering
dapat difinishing agar mudah diproses menjadi karya. Proses finishing juga
berbagai macam caranya, seperti
diseterika untuk limbah kulit agar tidak kusut, dapat pula digerinda, atau
diamplas.
Mengenal
Kerajinan dari Bahan Limbah Organik
Beberapa kerajinan dari bahan limbah
organik di bawah ini merupakan contoh dan dapat menambah wawasan serta
pengetahuan baru, mari kita pelajari bersama!
a. Limbah Kulit Jagung
Kulit jagung yang sepintas tidak berharga dapat menjadi karya
kerajinan yang artistik. Kulit jagung adalah limbah organik yang banyak ditemui
di pasar tradisional. Banyak pedagang sayuran membuang kulit jagung di tempat
sampah. Dengan memanfaatkan limbah kulit jagung, sampah padat yang mencemari
lingkungan dapat dikurangi. Kulit jagung merupakan limbah organik basah, maka kulit
jagung memiliki kandungan air yang tinggi. Cara pengolahannya dengan proses
sederhana dan relatif mudah yaitu dengan panas matahari hingga kering. Setelah kering
kulit jagung dapat diwarnai, lalu dikeringkan, dan diseterika agar lembarannya
dapat terlihat lebih halus dan rata agar mudah dibentuk. Dalam membentuk kulit
jagung menjadi karya memang perlu ketekunan, sehingga akan dapat dihasilkan
karya kerajinan yang bagus dan menarik.
b.
Limbah
Kertas
Jika diperhatikan setelah dibaca barang media cetak ini
hanya menjadi tumpukan limbah rumah tangga. Selain dapat bermanfaat kembali,
hasil dari produk kerajinan dari kertas bekas ini pun dapat menjadi peluang
usaha. Beberapa referensi menyatakan bahwa kertas merupakan bagian dari limbah
organik kering. Hal ini karena kertas dapat terurai dalam tanah. Meskipun
kertas mudah hancur jika terkena air, namun jika digunakan sebagai bahan dasar
produk kerajinan kertas dapat diolah sedemikian rupa agar tidak mudah hancur,
yaitu dengan menambah kandungan lem atau zat pelindung anti air seperti
melanin/politur, dapat pula dengan dilapisi plastik. Hal ini dimaksudkan agar
produk kerajinan yang dihasilkan dari kertas dapat tahan lama, tidak mudah
rusak, dan terlihat lebih kuat sehingga unsur kelemahan yang ada pada kertas
tidak nampak, sedangkan keunikan limbah kertasnya dapat dipertahankan.
c. Limbah Jerami
Batang padi yang biasa disebut jerami merupakan limbah
pertanian yang sangat banyak didapat di daerah persawahan. Selama ini jerami
biasa dipergunakan sebagai media tanam jamur merang, dan campuran makanan
ternak. Terkadang petani memanfaatkannya sebagai bahan bakar saat pembakaran
batu bata atau genteng yang dilakukan di areal sawah. Bagi para pedagang telur
dan buah, jerami juga dapat dimanfaatkan sebagai alas, agar barang dagangan
mereka tidak mudah rusak akibat goncangan. Limbah padi ternyata dapat
dimanfaatkan sebagai bahan dasar kerajinan yang cukup unik dan artistik. Produk
kerajinan dari jerami masih tergolong langka, sehingga sangat berpotensi untuk
dapat dikembangkan. Bagian-bagian jerami
memiliki keunikan masing-masing, yaitu dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar
kerajinan, dari mulai batang padi, ranting padi, selongsong padi dan gabah
kosong yang telah dirontokkan dari ranting padi. Pemilahan dilakukan seperti
gambar berikut : ranting jerami batang padi selongsong jerami gabah-gabah
kosong. Pengolahan jerami hampir sama
dengan limbah jenis daun-daunan atau kulit buah, karena jerami pun memiliki kandungan
air, maka pengolahan yang paling sederhana dilakukan adalah dengan menjemurnya
di bawah sinar matahari langsung. Batang
padi sangat cocok digunakan pada bagian pembentuk wadah pensil atau frame foto.
Sedangkan ranting jerami yang lebih halus, dapat dimanfaatkan untuk membuat
bunga-bunga. Jerami dapat pula diberi warna dengan menggunakan pewarna tekstil.
Proses pewarnaan pun sama dengan mewarnai kulit jagung, yaitu dengan dimasak dengan
cairan yang sudah diberi zat warna makanan dengan komposisi yang diinginkan.
Setelah direndam beberapa saat, lalu jerami dijemur di bawah sinar matahari
langsung hingga benar-benar kering.
d. Limbah Sisik Ikan
Limbah dari sisik ikan itu bisa menghasilkan produk yang
bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis tinggi jika dapat mengolahnya. Setiap
ikan menghasilkan sisik yang berbeda ukuran dan ketebalannya. Sisik ikan kakap
lebih sering dapat digunakan sebagai produk kerajinan karena sisiknya ini lebih
terliat kokoh, tebal, dan besar dibanding sisik ikan mas atau mujair. Berikut
ini adalah cara mengolah sisik-sisik ikan agar dapat dipakai menjadi bahan baku
produk kerajinan, yaitu;
1.
Sisik-sisik
ikan direndam selama 2 jam dengan air detergen dan bilaslah dengan air bersih
selama 3 kali hingga benar-benar bersih dari detergen.
2.
Rendam
kembali sisik-sisik ikan dengan campuran air jeruk nipis dan air selama 2 jam,
agar bau amisnyadapat hilang.
3.
Pisahkan
sisik ikan sesuai ukuran dan ketebalan dan tiriskan dengan saringan.
4.
Memberi
warna pada sisik-sisik ikan diperlukan kehatihatian. Rebuslah air hingga hangat
dengan ditambahkan larutan benzoat sebagai pengawet.
5.
Masukkan
pewarna wantex atau cat tekstil pada panci dan masukkan pula sisik-sisik
ikannya. Perlu diperhatikan jangan sampai air menjadi mendidih, karena sisik ikan
akan menjadi matang dan menempel satu sama lain.
6.
Matikan
kompor dan biarkan sisik-sisik ikan itu terendam zat warna selama 20 menit.
7.
Tiriskan
sisik-sisik ikan dan keringkan dengan cara diangin-anginkan, agar permukaan
tidak melengkung.
e. Limbah
Cangkang Kerang
Dahulu cangkang kerang dibuat produk mainan anak, anak-anak
sangat senang menggunakan mainan dari kerang yang berbentuk aneka hewan lucu
dengan pembuatan teknik tempel. Namun berkembangnya teknologi, kerang tidak
hanya dibuat dengan cara disusun dan ditempel tetapi juga dibor bahkan
dipadukan dengan bahan logam.
Dengan kreativitas dan inovasi dengan
cangkang kerang dapat dihasilkan kerajinan yang luar biasa indah dan unik. Adapun
proses pengolahan cangkang kerang setelah diambil dari pantai adalah :
1.
Cangkang
kerang dipilah-pilah sesuai ukuran dan bentuknya.
2.
Dicuci
dengan menggunakan air mengalir dan direndam dalam larutan natrium soda, agar
sisa-sisa daging kerang dan kotoran, serta bau yang ada di dalam cangkang kerang
dapat larut.
3.
Dikeringkan
dengan pengering, tidak menggunakan sinar matahari langsung, agar kualitas
kerang tetap terjaga baik.
4.
Persiapan
bahan baku cangkang kerang dengan cara dikikir, diamplas, ataupun dipotong
sesuai kebutuhan.
5.
Cangkang
kerang siap dibuat produk kerajinan sesuai desain yang telah dibuat.
f. Limbah
Tempurung Kelapa
Tempurung kelapa bagi sebagian masyarakat biasa disebut juga
dengan batok. Batok biasanya banyak terdapat pada daerah pesisir pantai yang
banyak ditumbuhi pohon nyiur atau pohon kelapa. Tahukah kamu bahwa propinsi
Sulawesi Utara merupakan daerah yang dijuluki ‘negeri nyiur melambai’ karena
banyak ditumbuhi pohon kelapa. Selain
itu Sulawesi Utara juga dikenal dengan produsen kerajinan dari tempurung
kelapa. Namun sekarang tidak hanya propinsi Sulawesi Utara yang memproduksi
kerajinan dari tempurung kelapa, melainkan juga daerah Yogya, Bali, Lombok, dan
daerah lainnya. Daerah yang terkenal sebagai pengrajin tempurung kelapa
misalnya Dukuh Sendang, Desa Bukuran Kecamatan Kalijambe, dalam satu dusun terdapat
beberapa sentra kerajinan batok kelapa, selain bercocok tanam hampirseluruh
penduduk mengisi harinya dengan membuat kerajinan dari tempurung kelapa ini.
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk
membuat kerajinan dari batok kelapa cukup mudah untuk didapatkan, seperti lem
kayu, tempurung kelapa, dempul, melanin/politur, amplas dan cat. Selain itu
untuk pembuatan produk meja dan lemari kecil diperlukan texwood untuk dijadikan
rangka kerajinan sedangkan yang bagian luarnya ditempeli tempurung kelapa. Agar
terlihat artistik, serat dari tempurung kelapa harus ditonjolkan. Pada bagian
serat itulah melekat nilai seni yang kuat daripada jenis kerajinan ini, selain
bentuk bentuk unik yang dapat dibuat.
Kemasan untuk Produk Kerajinan dari
Bahan Limbah Organik
Kemasan telah menjadi bagian penting dari sebuah karya. Saat
ini kemasan sebuah produk turut menentukan apakah produk tersebut layak
dikatakan berkualitas atau tidak.
Dilihat dari fungsinya, kemasan
memiliki 4 fungsi utama, yaitu :
1.
Menjual
produk,
2.
Melindungi
produk,
3.
Memudahkan
penggunaan produk, dan
4.
Memperindah
penampilan produk.
Kemasan tidak hanya berupa wadah namun
juga pelengkap dengan tujuan karya dapat terlihat lebih dominan. Misalnya
boneka dari kulit jagung yang dikemas dengan alas menggunakan kayu, dengan
demikian boneka tersebut lebih terlihat indah dan menarik dibanding tidak menggunakan
alas. Adapun prinsip bahan dasar dari kemasan itu sendiri sangat bervariasi,
seperti plastik, kayu, serat alam, kardus, kaca, mika, dan sebagainya. Semua
bergantung kepada cocok tidaknya sebuah produk pada kemasannya. Penting untuk
dipahami bahwa karya yang diperuntukkan dijual, maka kemasan harus lebih
berguna untuk melindungi karya dari kerusakan, sedangkan jika untuk dipamerkan maka
kemasan sebagai penunjang karya utama dan tidak boleh mendominasi dari pada
karya utamanya.
Modifikasi Produk Kerajinan dari Bahan Limbah
Organik
Wawasan dan pengetahuan
pembuatan karya kerajinan dari berbagai bahan limbah organik pada bagian
terdahulu, telah membuat kita memahami betapa limbah organik yang dianggap
sebagai limbah tanpa manfaat ternyata tidak demikian. Apakah yang kamu rasakan
setelah mempelajarinya? Tentunya rasa syukur dan bangga menyelimuti hati kita sebagai
bangsa Indonesia karena potensi alam Indonesia dan limbahnya pun masih dapat
kita manfaatkan untuk kehidupan dan sebagai peluang usaha. Adakah keinginan untuk
mengembangkan kerajinan dari limbah organik yang ada di daerahmu sendiri, agar
daerahmu menjadi lestari dan dapat mengurangi dampak buruk limbah terhadap lingkungan?
Manfaatkanlah seluruh potensi limbah organik yang ada di daerah tempat
tinggalmu, agar daerahmu memperoleh pendapatan daerah yang semakin meningkat. Pada
bagian ini kamu dapat mempelajari pengembangan dari produk kerajinan bahan limbah
organik yang telah kita pelajari pada bagian sebelumnya. Kamu diharapkan dapat
mengembangkan kreatifitas agar produk kerajinan bahan limbah organik yang ada
dapat diolah sedemikian rupa menjadi karya yang terbarukan. Penggalian
informasi dari berbagai sumber mengenai produk kerajinan bahan limbah organik
lunak dan keras yang telah dimodifikasi akan dapat mempermudah kita dalam
memahami pembelajaran. Untuk memahami karya modifikasi, kita harus banyak berlatih,
agar pemahaman kita terhadap karya modifikas dapat berkembang dengan baik.
Setelah apa yang sudah kamu ketahui tentunya
pemahaman tidak lagi menjadi hambatan. Pernahkah kamu menjumpai produk
kerajinan dari limbah organik yang dipadukan dari beberapa bahan limbah
lainnya? Misalnya; limbah kerang dipadukan dengan tempurung kelapa, limbah
jerami dipadukan dengan kayu pinus dan sebagainya. Bahan limbah organik
memiliki ciri-ciri yang bervariasi, ada yang basah atau lunak dan ada yang
kering atau keras. Di masing masing daerah memiliki keungulan limbah organik
tersendiri. Cobalah kamu amati apa yang menjadi keunggulan limbah organik di
daerah asalmu!
Kerajinan Modifikasi dari Bahan Limbah Organik dengan
Menyederhanakan atau Menggayakan Bentuk Produk
Pada bagian sebelumnya
telah dibahas mengenai paduan pada karya kerajinan modifikasi dari bahan limbah
organik. Sebagai langkah selanjutnya untuk menambah wawasan dan pengetahuan
serta pengalaman pada bagian ini diperkenalkan cara memodifikasi sebuah karya dengan
gaya menyederhanakan atau menggayakan bentuk. Para pengrajin yang biasa
berkarya dengan satu jenis model karya, ia akan menemukan rasa jenuh, apalagi
jika peminat semakin berkurang. Hal yang
dapat dilakukan adalah mengkreasikan karya dengan modifikasi baik dengan
menyederhanakan atau menggayakan bentuk, teknik, atau dekorasinya agar terlihat
sedikit berbeda. Menyederhanakan bentuk dapat dihasilkan karya yang tidak biasa
untuk mengurangi karya yang monoton. Sedangkan menggayakan bentuk seolah-olah ada
peningkatan kreatifitas dalam karya meskipun yang diubah hanya sebagian kecil
saja.
Kemasan
untuk Produk Kerajinan Modifikasidari Bahan Limbah Organik
Kemasan merupakan sentuhan
akhir dari sebuah proses. Pada karya modifikasi kerajinan dari bahan limbah organik
yang perlu diperhatikan adalah ukuran dari karya. Tidak semua karya kerajinan
dapat dibuat kemasan, terkadang karena ukurannya sangat besar karya tidak bisa
dibuat kemasan. Oleh sebab itu kemasan dapat dilakukan pada karya-karya yang
berukuran kecil hingga sedang, yang mudah dibawa. Tetaplah mengikuti prinsip
bahwa semua bergantung kepada cocok tidaknya sebuah produk pada kemasannya.
Perlu diingat keempat fungsi kemasan yang telah dibahas pada bagian terdahulu.
Prinsip desain berkelanjutan tetap terus menjadi prioritas, meskipun yang
dibuat adalah kemasan, perlu dipikirkan agar kemasan tidak langsung dibuang
namun dapat digunakan untuk fungsi lain oleh konsumen. Dengan demikian penting
untuk memikirkan bentuk kemasan yang manarik untuk dibuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar